Senin, 17 Oktober 2011

perbadaan smk

Saat-saat ini, setelah selesai mengikuti UAN, para siswa disibukkan kegiatan mencari sekolah. Banyak sekali tawaran sekolah yang ada. Dari lembaga yang dikelola oleh negara hingga lembaga swasta dalam negeri maupun kerjasama swasta dalam negeri dan luar negeri. Semua menawakan paket sekolah yang menggiurkan, bahkan juga ada sekolah yang tidak begitu dikenal, kalau mau di grade katakanlah grade satu, dua atau tiga. Siswa tinggal memilih.

Secara umum, sekolah menengah di Indonesia diwadahi tiga lembaga yakni SMA (sekolah Menengah Atas), SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dan MA ( Madrasah Aliyah). SMA bertujuan diantara menyediakan dan menyiapkan siswa/i yang hendak melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi; akademi atau perguruan tinggi. Sedangkan SMK lebih ditujukan untuk menyediakan tenaga kerja tingkat menengah, dan MA, sebagaimana SMA bertujuan untuk mengantarkan siswa memasuki perguruan tinggi umum maupun perguruan tinggi Islam.
Kenyataannya tidak semua lulusan SMA berkesempatan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi karena berbagai alasan. Begitu pula dengan lulusan SMK dan MA. Bahkan dari mereka ada yang menjadi pengangguran.

Akhir-akhir ini pemerintah gencar mengiklankan (baca mensosialisasikan) SMK, sebagai sekolah masa depan, SMK bukan sekolah kelas dua, dan arah pendidikan Indonesia ke depan hendak menyetarakan jumlah SMA dan SMK. Maka tidak heran bermunculan iklan sosialisasi SMK di televisi dengan “bintang iklan” dari beberapa orang yang sudah punya nama. Ada seorang sebut saja selebritis pembawa acara yang mengaku lulusan SMK, ada seorang pejabat yang juga mengaku lulusan SMK, bahkan ada seorang direktur dengan anak buah kurang lebih 90 % lulusan SMK.
Itu semua ditujukan untuk membangun citra bahwa SMK bukan sekolah nomor dua sebagai sekolah pencetak tenaga kerja yang mengandlkan otot saja. Tapi dengan iklan itu hendak menonjolkan bahwa lulusan SMK memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh SMA atau MA.
Benarkah demikian, dari iklan itu saja kalau mau dicermati sebenarnya bukan SMK atau tidaknya, saya lebih melihat pada individunya. Bahwa kesuksesan lebih ditentukan pada keuletan, kegigihan seseorang menghadap tantangan. hal ini mengingat secara umum kualitas pendidkan di Indonesia yang sedemikian parah, rasanya sangat kecil kalau semata lembaga sekolah yang menjadikan seseorang sukses.
Banyak juga lulusan SMA atau MA yang juga sukses, kalau di iklan dikatakan bahwa pekerjanya hampir semua lulusan SMK, maka ketika seorang dosen atau rektor yang lulusan SMA dapat saja ia mengiklankan bahwa Universitasnya hampir 90 % lebih lulusan SMA, direktur rumah sakit mengatakan bahwa para karyawannya yang perawat semua lulusan SPK. Nah lho…..
Maka yang paling penting adalah bagaimana kita membenahi pendidikan kita sehingga menghasilkan generasi muda yang siap menyambut tantangan zamannya baik di dunia kerja maupun dunia akademis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar